KULIAH PUBLIK: Simak! Begini Cara Menghindari Penipuan Berkedok Investasi

SOSIAL MEDIA

PIKIRKAN YANG BAIK ~ o ~ LAKUKAN YANG TERBAIK ~ o ~ Ini Kuliah MetodeCHAT ~ o ~ Cepat_Hemat_Akrab_Terpadu ~ o ~ Silahkan Membaca dan Berkomentar

Ketahui Bagaimana Kondisi Ekonomi dan Bisnis Anda Terkini

  Baru-baru ini, pemerintah telah mulai melonggarkan mobilitas seiring menurunnya kasus covid-19. Sementara pada Juli hingga awal Agustus ek...

Saturday, April 28, 2018

Simak! Begini Cara Menghindari Penipuan Berkedok Investasi


Skema Ponzi merupakan suatu modus penipuan yang paling awal dan sangat terkenal dengan mengajak publik untuk berinvestasi dan menjanjikan tingkat keuntungan yang besar dengan resiko kecil. Skema Ponzi telah ada sekitar abad ke 19, saat itu, Charles Ponzi seorang imigran Italia, yang menyusun sebuah sistem penipuan dimana sistem ini dapat mempengaruhi publik dan percaya serta memberikan modal untuk di tanam dalam investasi palsu. Sekitar tahun 1920, Charlez Ponzi bersama perusahan jasanya ‘Kupon Pos’ berhasil meraup 9.5 juta dollar dari 10.000 investor dalam waktu yang relatif singkat. Kasus ini berhasil menjadi kasus penipuan terbesar pada saat itu dan menyerett Ponzi dalam persidangan dengan tuduhan melakukan penipuan finansial.


Dalam sistem Ponzi, calon investor dijanjikan mendapat keuntungan dalam jumlah yang besar dan para calon investor juga akan diperlihatkan bukti-bukti keberhasilan investor sebelumnya, meski belum tentu keberhasilan itu nyata. Biasanya setelah melihat bukti keberhasilan, calon investor akan lebih percaya dan mau ikut berpresentasi. Setelah uang masuk ke perusahaan yang menggunakan sistem ini, uang tersebut akan diputar agar penipuan berjalan dalam waktu yang lebih lama dan keuntungan yang didapat akan lebih besar.

Meski sudah ada sejak lama, namun di Indonesia banyak perusahaan yang menggunakan sistem Ponzi ini dan dengan mudah tetap bisa menipu para investor, walau hanya sebagian saja yang mencuat di publik. Seperti kasus terbaru koperasi langit biru (KLB) di Tangerang, yang diduga menipu para investornya dengan menggunakan sistem skema ponzi yang telah diterapkan sejak awal mula berdiri. Sebenarnya kalau kita jeli dan mau teliti ciri-ciri penipuan berkedok investasi bisa kita deteksi dengan mudah.

Dari dulu sampai sekarang modus penipuan bisnis investasi hanya satu yang utama, yaitu menawarkan BUNGA TINGGI kepada nasabah. Modusnya adalah MENJAMIN sejumlah keuntungan yang besar secara tetap. Umumnya, pembayaran bunga lancar hanya pada tahun pertama. Itu hanya trik untuk menumbuhkan kepercayaan nasabah dan tentu saja diharapkan bisa memperpanjang daftar nasabah melalui kabar dari mulut ke mulut yang terbukti sangat efektif. Fokusnya adalah mencari anggota, bukan memproduksi sesuatu atau aktivitas lainnya yang menghasilkan. Penipun berkedok money game mengharuskan korbannya untuk mencari korban lain (member get member).

Sekarang ada juga modus yang mengganti sistem member get member dengan menggunakan tim marketing sendiri. Tapi pada prinsipnya tetap ia membutuhkan member banyak agar skema penipuannya berhasil. Awalnya memang modus penipuan investasi seperti ini masih sanggup untuk membayar profit kepada member-membernya, tapi semakin banyak orang bergabung, komisi dan profit yang harus dibayarkan semakin besar, yang akhirnya akan menjadi beban pengelola dan ujung-ujungnya menyebabkan pengelola kabur saat komisi tidak terbayar.

Ada juga yang menggunakan testimonial anggota yang "berhasil". Biasanya mereka adalah member lama yang sudah merasakan "manfaat" money game tersebut. Biasanya para member lama ini militan, mendukung mati-matian, karena memang mereka yang paling diuntungkan karena duluan masuk di sistem money game. Merekalah yang rajin mencari member baru untuk diajak. Korban adalah orang dari kalangan menengah ke bawah yang bekerja sebagai buruh pabrik. Kasus penipuan investasi ’’Amanah’’ yang berkantor pusat di Bandung, Jawa Barat yang ditangani Direskrimsus Polda DIY, yakni kasus investasi emas, sepeda motor dan uang diawali dari forum arisan ibu-ibu yang biasa menunggu anak di sekolah. Bahkan banyak yang menimpa para pejabat tinggi dan artis. Mereka mengorbankan semuanya, ada yang menjual rumah, bahkan sudah ada yang masuk rumah sakit jiwa.

Trading forex sesungguhnya tidak mudah. Robotpun tidak bisa selalu benar memprediksi pergerakan chart forex sehingga bisa memberikan jaminan profit hingga 3% sehari, SETIAP HARI, apalagi menjamin kalau trading forex atau gold pasti menang terus. Kadang, pada waktu tertentu memang bisa menghasilkan 5%-10%, tapi tidak setiap hari. Modus investasi yang menjamin keuntungan besar tanpa kegiatan yang jelas itu adalah MONEY GAME. Jadi uang yang disetor member baru, digunakan untuk membayar bonus bagi member lama. Demikian seterusnya. Banyak modus penipuan investasi seperti ini, dengan iming-iming arisan motor, agrobisnis, dll, sekarang kedoknya adalah investasi dan trading forex.

Bagaimana supaya kasus ini tidak terulang? Trader dari Harvest International Futures Tony Mariano (VIVAnews.com, Selasa 20 Desember 2011) mengatakan, banyak korban penipuan yang tak tahu uangnya ditaruh di mana. Dia mengimbau agar masyarakat pintar mengenali risiko investasi. Masyarakat harus pandai membaca situasi global, jangan terburu-buru sebelum mengenal kondisi pasar global supaya bisa mengecilkan risikonya. Calon investor juga harus paham di mana uang itu akan ditanamkan, sehingga bisa terhindar dari penipuan. Investasi di emas batangan atau surat utang alias obligasi adalah yang cenderung lebih aman. Obligasi pemerintah lebih aman. Kalau saham atau valuta asing (forex) cenderung berisiko tinggi. Khusus untuk Investasi dalam bentuk emas dijelaskan bahwa ada beberapa jenis bisnis untuk emas dengan berbagai risiko. Investasi dalam bentuk emas batangan risikonya akan berbeda dengan emas derivatif alias emas berjangka. Keuntungan emas berjangka relatif lebih besar dibandingkan emas batangan, sehingga risikonya pun semakin besar.

Investasi itu baik adanya, tapi jangan sembarangan. Pelajari dulu baik-baik jenis investasi yang dipilih. Jangan mudah termakan janji manis. Yang namanya penjual pasti berusaha sebisa mungkin menawarkan jualannya, tapi gak semuanya jujur. 
Coba simak MODUS penipuan berkedok investasi di Indonesia berikut:

  1. Investasi HYIP (High Yield Investment Programs). Iming-iming yang ditawarkan investasi ini dengan setoran awal tertentu mendapat keuntungan hingga 20% sebulan. Klaim dari investasi ini adalah uang kita akan diinvestasikan ke dalam bisnis batu bara, pengeboran minyak bumi, atau teknologi dan lainnya.
  2. Investasi Palsu Emas. Anda akan diminta setor sejumlah uang lalu akan diberi emas batangan. Kita diminta membeli emas yang keaslian emas batangannya gak terjamin tersebut, dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasaran. Janji surga yang ditawarkan adalah bahwa emas tersebut akan dibeli lagi dengan harga yang lebih tinggi.
  3. Praktek Menggandakan Dollar. Ini jenis penipuan yang paling primitif dan bodoh. Anda akan diyakinkan oleh seseorang yang mendemonstrasikan kemampuan menggandakan dollar AS. Padahal Dollar AS yang mereka seolah-olah berhasil mereka gandakan adalah uang palsu. Setelah Anda terbuai, mereka akan meminta Anda menggandakan Dollar AS sendiri.
  4. Investasi Perencanaan Harta Karun. Praktek penipuan pencarian harta karun ini beragam. Semisal ada seseorang yang mengaku ahli dibidang spiritual. Orang ini mengatakan bahwa di rumah Anda ada sebuah keris bertuah. Jika Anda tergiur, orang tersebut akan membantu Anda mendapatkan keris. Ujung-ujungnya kita akan diminta memberi modal untuk beli sesajen.
  5. Penipuan Agrobisnis. Calon investor dalam jenis penipuan yang satu ini, diminta untuk berinvestasi sejumlah uang. Setelah itu akan mendapat surat kepemilikan atas lahan. Lahan tersebut konon akan ditanami pohon jati atau tanaman tertentu. Janjinya Anda bakalan mendapatkan keuntungan jika ada hasil dari penjualan tanaman tersebut. Tapi, belum tentu orang tersebut yang memiliki lahan dan belum tentu ditanami sesuai dengan janji.
  6. Penipuan Warisan atau Perpindahan Uang. Penipuan berkedok warisan biasanya mengincar pengguna media sosial. Tiba-tiba ada orang asing yang add akun kita, lalu membuat cerita kalau mereka memiliki banyak uang yang didapat dari hasil waris atau keuntungan usaha. Karena ada ‘suatu permasalahan’, mereka ingin memindahkan uang tersebut ke Indonesia. Anda akan dijanjikan imbalan sebesar 10% – 20% setelah kita bisa mentransfer $100 – $500 untuk proses perpindahan uang. Penipuannya adalah sesaat setelah Anda transfer, mereka akan hilang begitu saja!.
Mungkin masih banyak lagi modus penipuan berkedok investasi di luar sana yang kita gak tahu. Namun, meski tertipu hingga ratusan juta, para korban tidak bisa berbuat banyak. Polda Metrojaya mengimbau agar masyarakat tidak mudah tergiur bisnis yang berkedok investasi. Masyarakat juga diharapkan tidak mudah terpancing terhadap koperasi yang mengiming-imingi bonus besar kenali dulu koperasinya. Kalau dilihat plus minus bonusnya jauh lebih besar dari pada bank, lebih baik dicurigai.

Sejak 2013, penipuan berkedok investasi yang dicatat OJK mencapai 80 kasus. Umumnya, modus penipuan berkedok investasi menggunakan skema ponzi. Biasanya, penipuan berkedok investasi dengan skema ponzi ini hanya sukses dalam waktu lima tahun. Dalam praktiknya, skema ponzi bervariasi sesuai kreativitas pendiri dan eksekutif perusahaan. Pada 2008, saat AS berusaha bangkit dari krisis finansial, mencuat kasus penipuan berkedok investasi yang mengguncangkan dunia. Bernard Lawrence Madoff, mantan chairman Nasdaq dan pendiri Bernard L Madoff Investment Securities LLC, terbukti melakukan penipuan lewat skema ponzi. Dana nasabah yang kandas di tangan perusahaan investasi Madoff mencapai US$ 50 miliar atau sekitar Rp 550 triliun. Ia divonis penjara 150 tahun dan denda US$ 170 miliar. Saat itu, usia Madoff 71.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan masyarakat mudah tertipu oleh investasi bodong yaitu :
1. Literasi keuangan masyarakat Indonesia atau pemahaman masyarakat tentang keuangan masih rendah.
Survei yang dilakukan OJK tahun 2016 menunjukkan, literasi keuangan masyarakat Indonesia baru 29,7 persen. Masyarakat Jakarta yang dianggap lebih terdidik hanya memiliki literasi keuangan 40 persen. Semakin jauh dari Jakarta, literasi keuangan masyarakat semakin rendah. Jauh lebih rendah lagi pemahaman masyarakat tentang investasi di pasar modal. Literasi pasar modal hanya 4,4 persen. Artinya, dari 100 orang Indonesia yang Anda temui, hanya empat orang yang paham soal investasi di pasar modal. Industri perbankan yang sudah sangat populer pun tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya 28,9 persen.
Pemahaman masyarakat yang rendah tentang industri keuangan bisa dilihat dari ketidakmampuan mereka dalam membedakan koperasi dan industri keuangan lainnya. Nasabah KSP Pandawa, misalnya, tidak paham bahwa koperasi tidak boleh menghimpun dana masyarakat yang bukan anggota koperasi. Masyarakat tidak paham bahwa koperasi tidak boleh menghimpun dana dari masyarakat yang bukan anggotanya. Percaya dengan janji keuntungan bersih sebuah investasi 5-10 persen sebulan mencerminkan minimnya pengetahuan nasabah tentang investasi, baik investasi langsung maupun investasi portofolio. Perusahaan manakah yang mampu memberikan keuntungan 60-120 persen setahun? Di manakah Pandawa menanamkan dana masyarakat? Bisnis yang normal umumnya memberikan keuntungan sekitar 15-30 persen setahun.

2. Para nasabah kehilangan akal sehat.
Dengan janji keuntungan yang begitu besar, mestinya nasabah bertanya soal legalitas perusahaan, mencari tahu rekam jejak perusaahan, dan menilai kompetensi para pengelola. Nasabah yang memiliki akal sehat mestinya bisa membandingkan perusahaan yang sedang merayunya dengan perusahaan sejenis di bidang investasi yang sudah beroperasi secara legal. Nasabah yang menggunakan akal sehat akan bertanya, mungkinkah nasabah diberikan bunga 60-120 persen setahun? Kalau nasabah saja sudah mendapatkan bunga sebesar itu, berapa bunga pinjaman yang dipatok perusahaan untuk debiturnya?

3. Faktor keserakahan membuat nasabah menutup mata terhadap informasi lain.
Dalam merespons berbagai tawaran investasi, pertanyaan pertama adalah legalitas perusahaan dan kompetensi para pengelola. Nasabah kehilangan akal sehat sehingga begiut saja percayai dengan janji imbal hasil yang amat fantastis.

4. Minimnya sosialisasi dan edukasi tentang industri keuangan dan investasi.
Indonesia saat ini memiliki cukup banyak alternatif investasi. Bagi mereka yang tidak mampu investasi langsung dengan membuka usaha, ada perusahaan investasi yang siap membantu. Ada perusahaan sekuritas dan manajer investasi yang siap mengelola dana nasabah. Perusahaan ini legal, mendapat izin operasi dari OJK dan para pengelolanya memiliki sertifikat sebagai profesional di bidang keuangan.
Namun, faktanya, nasabah pasar modal belum sampai satu juta. Sekitar 500.000 adalah nasabah reksa dana dan 480.000 adalah nasabah saham yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI). Nasabah yang belum memahami investasi dan memiliki dana terbatas bisa membeli unit penyertaan reksa dana. Dengan dana Rp 1 juta, nasabah bisa mulai membeli produk reksa dana dan menambahkan setiap bulan, minimal Rp 50.000. Dengan teknologi informasi dan e-banking, penambahan atau top up dana dalam jumlah kecil untuk investasi reksa dana tidak masalah.
Reksa dana memiliki keunggulan dibanding investasi di saham dan obligasi. Pemodal tak perlu menganalis satu demi satu saham yang hendak dibeli karena manajer investasi sudah melakukannya. Dengan dana terbatas, pemodal reksa dana bisa langsung memiliki sejumlah saham prospektif sekaligus. Bagi yang tidak berani mengambil risiko, ada reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana campuran. Setiap saat, pemodal bisa melihat posisi nilai aktiva bersih (NAB) yang menjadi portofolionya. Reksa dana cocok untuk pemodal tajir yang tidak memiliki waktu.
Sejak 2009, NAB reksa dana naik konsisten rata-rata 25 persen setahun dan pada Januari 2017 mencapai Rp 352,7 triliun atau US$ 62 miliar. Tetapi, dibanding Malaysia, negeri berpenduduk 31 juta, NAB reksa dana Indonesia tidak ada apa-apanya. NAB reksa dana di negeri jiran itu sudah menembus US$ 155 miliar. Ini karena pemodal reksa dana di sana sudah mencapai 18,5 juta. Sedang Indonesia yang berpenduduk 260 juta, jumlah investor reksa dana hanya 500.000. Wajar jika orang Malaysia agak sombong berhadapan dengan orang Indonesia karena mereka sudah lebih melek investasi di samping menjadi pengguna PRT asal Indonesia.

Kini saatnya pemerintah, OJK, bursa efek, perusahaan sekuritas, manajer investasi, lembaga pendidikan, dan media massa bahu membahu memberikan edukasi tentang investasi. Bahwa pertimbangan utama dalam investasi adalah keamanan dana. Investasi hanya aman jika perusahaan yang dipercayakan untuk mengelola dana memiliki legalitas, para pengelola adalah profesional bersertikat dari OJK, dan sudah memiliki rekam jejak yang baik. Pertimbangan kedua adalah likuiditas. Dana yang ditanamkan harus bisa ditarik kembali kapan saja. Memasukkan dana gampang, menarik kembali dana juga harus gampang.

Investasi memang terkadang bisa sangat menguntungkan, namun bagi seseorang yang terjebak dalam modus penipuan, alangkah meruginya mereka. Untuk itu berwaspadalah dalam berinvestasi, apalagi dengan perusahaan yang belum jelas asal-usulnya.
Untuk itu masyarakat harus kritis dan memeriksa keabsahan dari perusahaan atau lembaga pemilik produk investasi dan legalitas produk tersebut. Jangan sampai mau cepat kaya malah bikin sakit kepala.

Semoga bermanfaat.

 SUMBER :

Posting Terkait :

No comments:

Post a Comment

Saran-Kritik-Komentar Anda sangat bermanfaat.
Terima Kasih Telah Bergabung.